INFLASI
A. Pengertian
Inflasi adalah suatu
keadaan di mana terdapat kenaikan harga umum secara terus-menerus. Jadi bukan
harga satu atau dua macan barang saja, melainkan kenaikan harga dari sebagian
besar barang dan jasa, dan pula bukan hanya satu atau dua kali kenaikan harga,
melainkan kenaikan haraga secara terus-menerus.
Untuk mengetahui tinggi
rendahnya kenaikan harga atau laju kecepatan inflasi itu seringkali digunakan
indeks harga. Selain iti, untuk meneliti laju inflasi biasanya macam barang dikelompokkan
menjadi kelompok pangan, sandang, papan dan lain-lain. Semua kelompok barang
tersebut mengalami kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan angka indeks
harga masing-masing.
Pembedaan inflasi atas parah tidaknya berguna
untuk melihat dampak dari
inflasi yang bersangkutan. Apabila inflasi
itu ringan, biasanya justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat
mendorong perekonomian untuk berkembang lebih baik yaitu meningkatkan
pendapatan nasional dan membuat orang menjadi bergairah bekerja atau ada
insentif untuk bekerja, menabung, maupun mengadakan investasi.
Sebaliknya, dalam masa
inflasi yang parah yaitu pada saat terjadi hiperinflasi, keadaan perekonomian
menjadi kacau balau. Dan perekonomian menjadi lesu, orang banyak tidak bersemangat,
menabung, maupun mengadakan investasi dan produksi. Tabungan akan semakin lenyap, dan digantikan
dengan hoarding, yaitu menyimpan
dalam bentuk barang dan bukan uang.
Sebagai akibat keseluruhan, jumlah barang dan
jasa menjadi semakin langka dalam perekonomian, sehingga harga tidak menjadi
semakin reda kenaikannya, tetati justru akan menjadi semakin cepat, dan
perekonomian menjadi semakin parah keadaannya. Nilai uang merosot terus, dank
arena itu uang semakin tidak berharga sehingga begitu diterima terus
dibelanjakan lagi. Keadaan ini akan semakin memperparah perekonomian.
B. Tiga aspek penting dalam
definisi inflasi, yaitu sebagai berikut :
a. Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat, yang berarti
mungkin saja tingkat harga yang terjadi/actual pada waktu tertentu turun atau
naik dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukkan kecenderungan
yang meningkat.
b. Peningkatan harga tersebut berlangsung terus-menerus, yang
berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja.
c. Mencakup pengertian tingkat harga umum, yang berarti tingkat
harga yang meningkat bukan hanya pada satu waktu atau beberapa komoditas saja.
C.Faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya inflasi adalah sebagai berikut :
a. Tingkat
pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa
b. Tuntutan kenaikan upah dari pekerja.
c. Kenaikan harga barang
impor
d. Penambahan penawaran
uang dengan cara mencetak uang baru
e. Kekacauan politik dan ekonomi seperti yang
pernah terjadi di Indonesia tahun 1998. akibatnya angka inflasi mencapai 70%.
D. Indeks Harga Konsumen dan
Macam Inflasi
1. Indeks Harga Konsumen (IHK)
Indeks harga konsumen adalah
ukuran rata-rata perubahan harga dari suatu
paket komoditas (commodity basket) dalam suatu kurun waktu tertentu atau
antarwaktu.
Tujuan
penghitungan IHK adalah sebagai berikut.
a.Mengetahui
perkembangan harga barang dan jasa yang tergantung pada diagram timbangan IHK.
b.Sebagai
pedoman untuk menentukan suatu kebijaksanaan yang akan datang, terutama di
bidang pembangunan ekonomi.
c.Sebagai
penghitungan penyesuaian Upah Minimum Kabupaten (UMK)
d.Mempermudah pemantauan supply dan demand khususnya barang
kebutuhan masyarakat yang ada di pasar.
2. Macam
Inflasi
Berdasarkan laju pertumbuhan Indeks Harga
Konsumsi (IHK) atau menurut berdasarkan parah
tidaknya inflasi terbagi atas :
1. Inflasi ringan (kurang dari 10% per
tahun)
2. Inflasi
sedang (antara 10-30% per tahun)
3.
Inflasi berat (antara 30-100% per tahun)
Pembedaan inflasi atas parah tidaknya berguna
untuk melihat dampak dari
inflasi yang bersangkutan. Apabila inflasi
itu ringan, biasanya justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat
mendorong perekonomian untuk berkembang lebih baik yaitu meningkatkan
pendapatan nasional dan membuat orang menjadi bergairah bekerja atau ada
insentif untuk bekerja, menabung, maupun mengadakan investasi.
Sebaliknya, dalam masa
inflasi yang parah yaitu pada saat terjadi hiperinflasi, keadaan perekonomian
menjadi kacau balau. Dan perekonomian menjadi lesu, orang banyak tidak
bersemangat, menabung, maupun mengadakan investasi dan produksi. Tabungan akan semakin lenyap, dan digantikan
dengan hoarding, yaitu menyimpan
dalam bentuk barang dan bukan uang.
Sebagai
akibat keseluruhan, jumlah barang dan jasa menjadi semakin langka dalam
perekonomian, sehingga harga tidak menjadi semakin reda kenaikannya, tetati
justru akan menjadi semakin cepat, dan perekonomian menjadi semakin parah
keadaannya. Nilai uang merosot terus, dank arena itu uang semakin tidak
berharga sehingga begitu diterima terus dibelanjakan lagi. Keadaan ini akan semakin
memperparah perekonomian.
2. Berdasarkan dari
penyebabnya, inflasi terbagi atas :
1. Inflasi permintaan (demand pull inflation)
adalah inflasi yang disebabkan oleh
adanya tarikan permintaan terhadap barang dan
jasa, sehingga mendorong harga
untuk meningkat. Tarikan permintaan ini
biasanya disebabkan oleh adanya
pembelanjaan defisit atau anggaran belanja
pemerintah yang defisit
(deficit financing).
Gambar 1.1
2.
Inflasi penawaran (cost push inflation) adalah inflasi yang ditimbulkan karena
desakan kenaikan biaya produksi, terutama kenaikan biaya
tenaga kerja atau
upah buruh.
Gambar 1.2
3.
Inflasi spiral (spiral inflation) adalah inflasi yang disebabkan oleh kenaikan
harga yang didorong oleh kenaikan upah,
dan diikuti oleh kenaikan harga lagi,
dan diikuti oleh kenaikan upah lagi.
4. Inflasi Impor atau Imported Inflation
Inflasi jenis ini terjadi karena pengaruh
inflasi dari luar negeri, yaitu akibat
Adanya perdagangan antar Negara.
E. Kurva
Phillips
Terdapat
suatu trade-off antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran, yaitu bila
tingkat pengangguran tinggi, laju inflasi rendah; sedangkan bila tingkat
pengangguran rendah, laju inflasi tinggi. Keadaan ini pertama kali
dikemukakan oleh A.W. Phillips pada tahun 1958 yang mulanya melukiskan hubungan
antara tingkat perubahan upah dengan tingkat perubahan kesempatan kerja.
Kurva Phillips ini memiliki tiga ciri yaitu :
- mempunyai lereng yang negatif , sehingga kurva ini turun dari kiri atas ke kanan bawah.
- Kurva Phillips mempunyai intersep pada sumbu horizontal pada tingkat pengangguran natural, di mana pada saat itu tingkat inflasi sama degan nol.
- Kurva ini menunjukkan tanggapan tingkat pengangguran terhadap perubahan tingkat inflasi. Ini ditunjukkan oleh besar kecilnya lereng kurva Phillips tersebut.
Gambar 1.3
Kurva
Phillips ini tidak selalu tetap letaknya, tetapi seperti pendapat Friedman dan
Phelps, bahw kurva Phillips tidak menunjukkan suatu hubungan jangka panjang
yang stabil. Kurva Phillips itu akan bergeser ke luar bila pengambil keputusan
mencoba mempertahankan tingkat pengangguran di bawah tingkat pengangguran
natural, dan sebaliknya bila tingkat pengangguran dibiarkan berada di atas
tingkat pengangguran natural, maka kurva Phillips akan bergeser ke bawah. Selanjutnya Friedman dan
Phelps seperti halnya dengan Phillips sendiri menyatakan bahwa semakin tinggi
tingkat pengangguran semakin cepat kenaikan tingkat upah dan harga; dan semakin
tinggi inflasi akan semakin cepat pada kenaikan tingkat upah.
F. Kebijakan
Penanggulangan Inflasi
Menurut
kaum Klasik maupun Keynes inflasi tidak hanya berkaitan dengan uang beredar,
tetepi juga dengan jumlah barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian.
Oleh karena itu, untuk menanggulangi inflasi yang utama ialah menekan laju
pertumbuhan jumlah uang yang beredar atau mengurangi jumlah uang yang beredar.
Cara ini dapat di tempuh dengan berbagai kebijakan sebagai berikut:
- Kebijakan bertahap (gradual approach) yaitu menghendaki pengurangan laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar. Tindakan ini akan mengurangi laju peningkatan harga, tetapi juga akan menambah tingkat pengangguran.
- Kebijakan drastis (cold turkey approach) yaitu menghendaki pengurangan jumlah uang beredar secara drastis, pengambil kebijakan berusaha menghilangkan inflasi secara cepat, namun dengan pendekatan ini peningkatan jumlah pengangguran menjadi lebih besar.
- Kebijakan penghasilan (income policy) yaitu menghendaki adanya penekanan tingkat upah secara cepat baik dengan perundang-undangan atau dengan himbauan. Jadi kebijakan penghasilan adalah kebijakan yang mencoba mengurangi kenaikan tingkat upah dan tingkat harga secara cepat.
- Kebijakan insentif perpajakan (tax incentive plan), dalam kebijakan ini pemerintah mengenakana pajak tambahan terhadap perusahaan-perusahaan yang menaikkan tingkat upah, dan justru mengurangi pajak terhadap perusahaan yang tidak melakukan kenaikan tingkat upah.
3. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan fiskal dan
kebijakan moneter umumnya dianggap sebagai kebijakan untuk mengelola sisi
permintaan akan barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Kedua kebijakan ini
menyangkut masalah pengelolaan permintaan dengan tujuan untuk mempertahankan
produksi nasional suatu perekonomian atau suatu negara yang mendekati
kesempatan kerja penuh (full employment) dan juga mempertahankan tingkat harga
barang dan jasa pada tingkat yang sudah tercapai sekarang. Apabila terdapat
kelebihan permintaan di atas penawaran akan dapat menimbulkan inflasi,
sedangkan apabila terdapat kelebihan penawaran di atas permintaan akan terjadi
deflasi dan pengangguran.
Pemerintah dapat mempengaruhi permintaan dalam
perekonomian dengan menggunakan kebijakan fiskal yaitu dengan cara meningkatkan
dan mengurangi pengeluaran pemerintah dan subsidi, meningkatkan dan mengurangi
tingkat pajak, sedangkan dengan kebijakan moneter pemerintah dapat mengurangi
atau menambah jumlah uang yang beredar, atau dengan campuran dua kebijakan itu
yaitu dengan mengubah pengeluaran, pengenaan pajak ataupun jumlah uang yang
beredar secara bersama-sama.
Hubungan antara kebijakan moneter dengan
kebijakan fiskal dapat dilukiskan pada gambar di bawah ini :
Pada gambar di atas, dapat di uraikan sebagai
berikut :
- Kebijakan moneter akan mempengaruhi pasar uang dan pasar surat berharga.
- Kedua pasar tersebut akan menentukan tinggi rendahnya tingkat bunga, dan tingkat bunga akan mempengaruhi permintaan agregat.
- Kebijakan fiskal akan mempunyai pengaruh terhadap permintaan agregat dan penawaran agregat.
- Pada gilirannya permintaan agregat dan penawaran agregat itu akan menentukan keadaan di pasar barang dan jasa.
- Kondisi pasar barang dan jasa itu akan menentukan tingkat harga dan pengerjaan dari faktor-faktor produksi.
- Selanjutnya tingkat harga dan kesempatan kerja akan menentukan tingkat pendapatan dan tingkat upah yang diharapkan.
- Keduanya akan mempunyai umpan balik yaitu terhadap permintaan agregat, dan upah harapan mempunyai umpan balik terhadap penawaran agregat dan pasar uang serta pasar surat berharga.
1.Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah
kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah dengan cara memanipulasi anggaran
pendapatan dan belanja negara, artinya pemerintah dapat meningkatkan atau menurunkan pendapatan
negara atau belanja negara dengan tujuan untuk mempengaruhi tinggi rendahnya
tingkat pendapatan nasional.
Pada umumnya pemerintah akan berusaha
menentukan target belanja Negara,
kemudian menentukan tingkat pendapatannya paling tidak dapat menutup seluruh
anggaran belanja yang telah ditetapkan tersebut. Pada umumnya sangat sulit bagi
negara yang sedang berkembang untuk menyesuaikan pengeluaran atau belanja
negara terhadap pendapatannya. Hal ini disebabkan oleh adanya pendapatan negara
yang umumnya masih sangat rendah, sedangkan kebutuhan untuk menyediakan barang
dan jasa serta membelanjai keperluan lain sangat besar.
Adapun
pengeluaran pemerintah itu dapat dibedakan menjadi pengeluaran untuk pembelian
barang dan jasa (exhaustive expenditure), dan pengeluaran transfer (transfer
expenditure) seperti subsidi, bantuan bencana alam dan sebagainya. Di bagian
depan telah disebutkan bahwa dampak dari kedua macam pengeluaran pemerintah itu
tidak sama, karena masing-masing jenis pengeluaran atau belanja pemerintah itu
memiliki koefisien pengganda yang berlainan, walaupun keduanya memiliki dampak
positif terhadap pendapatan nasional.
1.Kebijakan
Moneter
Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang mempengaruhi permintaan dan
penawaran akan uang guna menjamin kestabilan ekonomi. Adapun kebijakan moneter
ini secara umum dibedakan menjadi kebijakan uang ketat (tight money policy) dan
kebijakan uang longgar (easy money policy). Selanjutnya
instrument dari kebijakan itu dapat dibedakan menjadi tiga macam instrument
yaitu :
a.
Kebijakan atau politik pasar
terbuka (open market operation)
b.
Kebijakan atau politik diskonto
(rediscount policy)
c.
Kebijakan atau politik deking
perbankan (legal reserve requirement)
a)
Kebijakan
pasar terbuka
Kebijakan moneter dengan pasar terbuka ini digunakan untuk menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara pemerintah dalam hal ini bank
sentral turut serta dalam jual beli surat
berharga. Kalau pemerintah ingin menambah jumlah uang yang beredar, maka ia
membeli surat
berharga di pasar modal. Sedangkan kalau pemerintah bermaksud mengurangi jumlah
uang yang beredar, maka ia menjual surat
berharga.
b)
Kebijakan
diskonto
Dalam kebijakan diskonto ini, pemerintah
yaitu bank sentral menentukan
tingkat atau suku bunga kredit terhadap
dana yana dipinjam oleh bank-bank umum
dari bank sentral. Kemudian bank umum dalam memberikan kredit kepada nasabah
harus memungut bunga pinjaman pula. Supaya bank umum tidak menderita rugi maka
ia harus memungut bunga dengn suku bung yang
lebihtinggi daripada suku bunga yang dikenakan oleh bank sentral
terhadap bank umum.
c)
Kebijakan
deking atau cadangan perbankan
Bank sentral sebagai banknya bank dapat mengatur bank-bank lain dalam
melakukan
usahanya, khususnya dalam hal yang berkaitan dengan pengendalian kestabilan ekonomi. Bank umum dalam
memberikan kredit kepada para nasabah harus mengingat ketentuan yang diberikan
oleh pemerintah yaitu bank sentral. Bank umum dalam memberikan kredit harus
dideking dengan sejumlah kekayaan tertentu, seperti emas, valuta asing
sertifikat bank Indonesia dan deposito berjangka dan uang inti.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar