Dalam
kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi
laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal
perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan
perusahaan agar saham tetap diminati investor, kasus memalukan ini konon ikut
melibatkan orang dalam gedung putih, termasuk wakil presiden Amerika Serikat
Enron,
seperti perusahaan lainnya menginginkan dan membutuhkan sebuah nilai rating.
Sehingga Enron membayar Standard & Poors serta Moody’s untuk memberikan
nilai rating. Rating ini dibutuhkan untuk sekuritas hutang perusahaan yang
diterbitkan dan diperdagangkan di pasar. Yang menjadi masalah, perusahaan
rating tersebut hanya melakukan analisis sebatas pada data yang diberikan
kepada mereka oleh Enron, operasional dan aktivitas keuangan Enron. Terjadi
perdebatan apakah perusahaan rating harus memeriksa total hutang perusahaan
atau tidak. Khususnya yang berkaitan dengan SPEs. Meningkatnya defisit dalam
arus kas perusahaan menyebabkan timbulnya masalah manajemen keuangan yang
mendasar pada Enron. Pertumbuhan perusahaan membutuhkan adanya modal eksternal.
Tambahan modal dapat diperoleh dari hutang baru dan ekuitas baru. Ken Lay dan Jeff
Skilling, enggan untuk menerbitkan jumlah besar dari ekuitas baru. Karena akan
mendilusi laba dan jumlah saham yang dipegang oleh pemegang saham. Pilihan
menggunakan utang juga terbatas, dengan tingkat utang yang tinggi menyebabkan
rating Enron hanya sebesar BBB, tingkat rating yang rendah oleh lembaga pemberi
rating (Eiteman, dkk, 2007).
Andrew
Fastow bersama dengan asistennya membuat SPEs, alat yang digunakan dalam jasa
keuangan. SPEs memiliki dua tujuan penting, pertama; menjual aset-aset yang
bermasalah ke rekanan. Enron menghilangkan aset tersebut dari neraca,
mengurangi tekanan akibat utang dan menyembunyikan kinerja buruk investasi. Hal
ini dapat mendatangkan dana tambahan untuk membiayai kesempatan investasi baru.
Kedua; memperoleh pendapatan untuk memenuhi laba yang disyaratkan oleh Wall
Street. SPEs dibiayai dari tiga sumber; (1) ekuitas dalam bentuk saham tresuri,
(2) ekuitas dalam bentuk minimum 3% dari aset yang berasal dari pihak ketiga
yang tidak berhubungan, (3) jumlah yang besar dari utang bank. Modal ini berada
pada sisi kanan neraca SPEs, akan tetapi pada sisi kiri modal digunakan untuk
membeli aset dari Enron. Hal ini menyebabkan harga saham SPEs berkaitan dengan
harga saham Enron. Saat saham SPEs naik, maka saham Enron ter-apresiasi. Sedangkan
saat harga saham SPEs turun, maka harga saham Enron ter-depresiasi (Eiteman,
dkk, 2007). Menurunnya harga saham Enron hingga $47 per lembar saham pada bulan
Juli 2001, menyebabkan investor curiga. Hal ini menyebabkan Sherron Watkins,
wakil presiden Enron mencoba memperingatkan Kenneth Lay dengan membawa 6 lembar
surat yang menjelaskan proses akuntan yang tidak wajar sehubungan dengan SPEs
dan memperingatkan akan kecurangan proses akuntan. Akan tetapi peringatan
Sherron Watkins tidak dihiraukan oleh Ken Lay, sehingga terjadilah tsunami di
Enron. Harga sahamnya jatuh hingga tersisa $1 per lembar saham yang menyebabkan
Enron bangkrut (Velasquez, 2006).Pada Bulan Februari 2002, Sherron Watkins
dipanggil oleh DPR untuk menjelaskan skandal Enron, tentang aktivitas akuntansi
perusahaan. Kemudian Sherron Watkins menjelaskan semua permasalahan tersebut,
dan menyebabkan dirinya dijuluki sebagai courageous whistleblower (Velasquez,
2006).
Kesimpulan :
Dari kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa KAP Arthur Andersen sudah melanggar
kode etik yang seharusntya menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan
bukan untuk dilanggar. Mungkin saja pelanggaran tersebut awalnya mendatangkan
keuntungan bagi perusahaan seperti misalnya pada kasus enron, tetapi akhirnya
dapat menjatuhkan kredibilitas bahkan menghancurkan enron dan KAP Arthur
Andersen. Dalam kasus ini KAP yang seharusnya bersikap independen, tidak
dilakukan oleh AA. Karena perbuatan tersebut, kedua-duanya menuai kehancuran
dimana enron bangkrut dengan meninggalkan hutang millayaran dollar. Sedangkan
KAP AA sendiri kehilangan keindependensiannya dan kepercayaan dari masyarakat
terhadap KAP tersebut, juga berdampak pada karyawan yang bekerja di KAP yang
bersangkutan dimana mereka menjadi sulit untuk mendapatkan pekerjaan akibat
kasus ini.
Sekian
penulisan tentang kasus enron , penulisan ini saya lakukan karena ingin
mengetahui etika profesi akuntansi yang telah diselewengkan oleh Enron dan KAP
Arthur Andersen. \\\
ELSA
DENOVIA
0 komentar:
Posting Komentar